stradirosemary

it is in your hands to create a better world for all who live in it – Nelson Mandela

. . .

Jaeyong Au

by stradirosemary

. . .

Cerita ini kubuat dengan ide cerita mengikuti kisah Dewa Dewi Olympus tentunya dengan berbagai perubahan agar sesuai dengan kemauan. Jadi jangan marah ya.

. . .

Cupid.

Apa yang kita tau mengenai sosok Cupid? Sejatinya, tidak semua makhluk di muka bumi ini bisa melihat sosoknya. Hanya segelintir orang yang tidak sengaja berjumpa dalam keadaannya yang menjadi manusia.

Read more...

. . .

Jaeyong AU

by stradirosemary

. . .

Setelah begitu lama Tersisa air mata Banyaknya kenangan yang tak akan terlupakan

Tepat pukul 00.00 dini hari di tahun baru, angin dingin yang datang membawa aroma tanah dengan semu harum gandum terhirup oleh indra penciuman dua insan yang asyik berpelukan di atas gedung di kawasan pinggiran kota.

Read more...

Cantik.

. . .

by stradirosemary

. . .

Jaeyong One Shot AU

veel leespezier! (Selamat membaca!) <333

. . .

Taeyong.

Itulah namanya.

Seseorang yang datang ke dunia dengan takdir cantik, elegan, dan tentunya manis menyertai wajah. Bahkan ketiga hal tersebut dimilikinya dengan kadar yang di luar ambang batas.

Hadirnya ia amanat terindah dari Tuhan yang datang pada keluarga kecil seorang Raja kaya raya di sebuah naungan nan makmur, dibesarkan dengan penuh kisah terkasih, tanpa cacat dan cela.

Mari kita sebut satu kali lagi, Taeyong namanya.

Si bunga mawar yang mekar dengan kerlipan cahaya ini tak pernah lepas hidupnya dari tatapan mendamba yang berasal dari wanita dan pria di luar sana. “Taeyong, ibarat rembulan, kau cahaya terlembut yang pernah terpancarkan. Betapa terberkati sinar syahdu terukir garis wajahmu.” menjadi salah satu contoh dari ribuan untaian kata indah tertuju padanya dari mereka yang pernah berjumpa si purnama.

Beraroma vanilla dan membawa iklim suasana sejuk, surainya terkibas bersama angin menyebarkan afeksi yang dihirup berlebihan oleh orang. Jangan salahkan dia, orang-orang menjadi gila penuh cinta terlayar dimatanya. Taeyong, memang lah manusia secantik itu.

Dalam redup malam, dirinya acap kali menyendiri dan berbicara pada angin yang berhembus pelan. Tempat favoritnya, tepian laut dalam kawasan Kastil menjadi tempat pilihannya merenung sekarang. Tempat ini indah kapanpun waktu kunjungannya. Saat pagi udara dingin bersih membawa mood yang sangat baik. Jika siang, cahaya matahari memantulkan paras maha indah membuat siapapun yang melihatnya berpikir inilah surga. Saat datang di malam hari, seperti yang Taeyong lakukan sekarang, suara binatang kecil dan deburan ombak bersautan meramaikan hening.

Takdir tidak membiarkan si keindahan Taeyong sendirian diterpa kesedihan.

Kadang Taeyong berpikir mengapa dirinya yang tidak berminat berlomba di dunia ini malah diberikan kecantikan yang paripurna. Dirinya mengakui kesempurna itu. Kulit putih bersih tanpa luka, wajah bersih dengan warna kemerahan yang muda semu menghiasi pipinya, rambut indah bergelombang dengan wangi yang memikat seperti harum tubuhnya, senyum terpasang semanis buah apel di taman buah milik malaikat di surga, dan tentunya sikapnya yang selembut sutra pakaian kebanggaan Dewa Dewi di Negeri Olympus.

Keheningan memainkan peran cukup lama, hingga samar-samar terlihat dengan jarak seseorang dengan masih menggunakan pakaian kebangsaan tanah tercinta.

“Kau memikirkan apa lagi, bungaku?” Suara lembut terdengar dari belakang dirinya duduk di pasir lembut.

Taeyong menoleh, dirinya lantas tersenyum kecil menyambut langkah ringan sosok tegap dengan peralatan panah menyertai, seorang Pangeran Muda cerdas dan juga rupawan yang ikut juga menjadi kebanggaan Kerajaan yang mahsyur. “Aku hanya sedikit memikirkan beberapa hal,” Jawabnya pelan dan kembali menatap lautan lepas.

Pangeran tersebut memilih duduk di sebelah kanan bunga mawarnya. Matanya menerawang ke atas awan, dan lama-kelamaan fokusnya terbuyarkan karena cahaya rembulan tepat menyinar dua insan yang rupawan.

“Lelah ya?”

“Maksudmu?”

“Iya, apakah kau lelah menjadi bunga yang terlalu cantik?”

Mendengar pertanyaan tersebut meluncur dari kekasihnya, Taeyong lagi dan lagi tersenyum kecil. Dirinya tidak tau saja bahwa dunia sekitarnya berhenti berputar agar bisa menikmati tarikan ringan di bibirnya yang merah muda. Taeyong menatap kosong hamparan. Anggukan kecil menyertai jawabannya.

Iya. Bukan hanya lelah, sayang. Namun sangat lelah.

Jangan kalian pikir Taeyong selalu menikmati keistimewaan ini. Terlahir sebagai keturunan terbekati pertama dan terakhir juga ternyata menjadi berlian dari tanah emas dengan Kerajaan megah di atasnya. Sosok yang dicinta seluruh manusia, seluruh warganya. Jika daun dan pohon berbicara, mungkin hanya pemujaan pada Taeyong yang tersebut dalam gumamamnya.

Jaehyun, memeluk Taeyong dengan lembut. Dirinya tahu betul permata negeri penghasil kapas emas ini cukup bosan menjalani hidup. Hanya saja semua tersamarkan dengan senyum dan bahagia yang selalu dia tampakkan. Oh Taeyong, dirimu memang sangat kuat. Seandainya, sehari saja Jaehyun, Pangeran Muda ini bisa mengantikan Taeyong menjadi permata di tanah makmur ini. Dirinya tidak selalu sanggup memandang kekasihnya yang lelah bahkan hanya untuk mengangkat wajah di depan semuanya.

Memilih untuk tidak mengindahkan pikiran buruk, Jaehyun mengelus pipi kenyal Taeyong. Ditariknya wajah sang gemas agar menghadapnya. Mata mereka bertemu. “Kekasihku yang lebih suci dari sungai air susu, ada saatnya kau mengeluh. Pada bintang, pada lautan, pada pasir, bahkan kepada diriku. Aku pasanganmu. Aku siap membantumu, dan jangan lupa ada bahuku yang siap menerima dirimu.”

Jaehyun mencubit hidung Taeyong gemas. Taeyong ini jika diperdengarkan perkataan tulus malah terkekeh. Jiwanya selembut tahu yang dibawa pedagang china dengan harga selangit mencapai puluhan koin. Sangat lembut dan sangat mahal.

“Aku menyadari kini bahwa diriku yang menjadi paling beruntung mendapatkan singa negeri cukup bosan mendengar kau sebagai kekasihku berbicara seperti ini, Jaehyun. Aku baik-baik saja.” Taeyong mencium bibir tebal Jaehyun dan memeluknya lebih erat. “Ayo, kita harus kembali ke Kastil sebelum para pengawal yang gagah dan payah itu kelimpungan mencari dua manusia yang menghilang dari singgasana.”

“Ayo! Lagi pula kita harus menghadiri do'a kesucian esok fajar untuk matahari.” Jawab Jaehyun seraya bangkit dari duduk. Taeyong mengernyit heran, bukankah besok bukan jadwalnya berdo'a di kuil matahari?

Jaehyun melihat itu pun kembali membuka suara. “Kita besok berdo'a bersama umat lainnya, lalu juga kita bertiga harus menjalankan perintah Ayahmu,”

“Perintah apa?”

Jaehyu menggeleng ringan untuk menjawab. Dirinya yang sudah berdiri kini asik menatap surai permata yang diterbangkan angin malam. Dirinya dibuat terdiam akan keindahan. Bahu indah yang tidak tertutupi pakaian itu menjadi fokus sang Pangeran kali ini.

Tanpa pikir panjang, dibawanya tangan kasar yang biasa beradu dengan pegangan kuda dan peralatan perang menuju hamparan kulit itu. Taeyong hanya diam membiarkan si kekasih berbuat semaunya.

“Boleh ku tarik bajumu sampai bawah, bungaku?”

Anggukan kecil Taeyong menjadi awal terbukanya ujung bunga krisan di dua gunung dan penyatuan yang hingga langit ketujuh bisa mendengar desahan dan pujian.

Bolehkah Jaehyun berbangga karena dirinya bersatu dengan mawar merah kecil dengan gelombang di rambutnya?

Tentu boleh. Karena nyatanya saat ini embun surga itu berada tak berdaya di bawahnya menghalau dingin menyebut namanya dengan pelan dan memejamkan mata dengan seluruh pakaian yang terbawa ombak entah kemana.

. . .

Indahnya Berumah Tangga

So you wanna play with magic Boy, you should know what you're falling for Baby do you dare to do this? Cause I'm coming at you like a dark horse Are you ready for, ready for A perfect storm, perfect storm Cause once you're mine, once you're mine There's no going back

Lantunan 'Dark Horse' milik Katy Perry terdengar sangat keras, berasal dari sebuah kamar di lantai dua rumah bergaya victoria minimalis dan elegan. Terlihat pria itu sedikit mengayunkan kepalanya ke bawah, lalu ke atas dan ke arah sampingnya. Terihat menikmati lagu itu.

Read more...

Jaeyong One Shot AU

. . .

Hallo, guys. Please excuse if there's any typo errors in this writing post, hehe.

. . .

“Tunggu... kubilang kan batalkan jadwalku untuk 7 hari kedepan,”

“Maaf, Boss, tapi pertemuan ini benar-benar penting,” balas sosok di ujung telepon itu.

Pria tinggi bersurai hitam yang sedang menghadap jendela besar di dalam ruangan kantornya mengeluh rendah. “Nanti saya telfon lagi, usahakan lah tolong gimana caranya supaya 7 hari itu kosong,” pintanya sekali lagi.

Sempat tidak ada balasan dari si lawan bicara, akhirnya menyaut, “Baiklah, Boss. Saya usahakan dulu. Saya juga tidak mau kesempatan besar Anda untuk bertemu pujaan hati kandas lagi dan lagi.”

Lelaki itu tersenyum dan menyampaikan terima kasih sebelum telepon ditutup. Dirinya menatap matahari di atas sana. Sadar bahwa kian waktu berjalan kian siang datang.

“Perasaan tadi masih jam 9, udah tinggi aja nih matahari.”

Sosoknya berbalik badan lalu menyandarkan kepala ke kaca besar sambil bergumam kecil namun cukup terdengar walau samar.

Tidak mau berpikir yang tidak-tidak, yang nantinya membuat suasana hati tidak mendukung kinerja, orang ini pun beranjak dari sisi.

Sambil merapikan dasi yang terpajang indah di leher menuju dadanya, pria itu mengambil kotak makan yang entah berisikan apa, lalu bergegas menuju pintu.

“Siapkan mobil saya sekarang ya, saya ada urusan.”

Tidak butuh waktu lama, dirinya dan mobil merah yang terbilang mewah—sangat mewah, melesat pergi menembus jalanan yang sepi.

. . .

Dirinya sampai di sebuah tempat di bagian barat kota New Betford yang terkenal akan udara keringnya. Iya, dengan plang yang tertancap besar di depan gerbang sana bertuliskan “American Heidelburgh Classical School” menunjukkan bahwa dia berada di sekolah.

“Sekolahnya bagus juga ya,” ucapan kecil keluar dari bibirnya sambil melihat sekitar.

Dia bermaksud menghampiri seseorang yang ia sayangi sepanjang waktu.

Dengan menggenggam kotak bekal merah di tangan kiri, dia melangkah mantap memasuki gedung bercat putih dengan style bangunan yang mengandung neoclassical architecture yang kental.

Ternyata sedang jam istirahat, pantas saja murid berlalu-lalang dengan ramai.

Kedatangannya disambut tatapan banyak orang. Pemilik tatapan itu tidak hanya murid, tapi juga guru dan beberapa staf sekolah yang kebetulan berada di kantin maupun hendak memasuki kantin.

Bagaimana tidak diperhatikan? Dengan tinggi 184 cm ditambah kulit putih pucat yang kontras dengan jas hitamnya, membuat dirinya terlihat, sempurna.

Si pria celingak-celinguk mencari dimana letak kantin khusus guru. Setelah berdiri dan berkeliling akhirnya ketemu. Ternyata letak kantin siswa dan guru berbeda hanya beberapa langkah saja.

Dibawanya melangkah dua kaki panjang berbalut celana dengan bahan mahal ke dalam. Tersusun seirama setiap pijakan yang mendarat ditemani senyum kecil yang berarti.

Ah, tak perlu bersusah payah sosok yang dicari sedang bergurau di sudut kantin dengan enam rekannya.

“Anak itu banyak temannya ya, syukur deh,” batinnya.

Tanpa membuang waktu, dia berjalan menuju meja tersebut. Ketika sampai di sisi kanan meja, tepat di sebelah kanan seseorang berparas indah dunia berambut hitam dengan seragam khas pengajar, dia berdeham.

“Ekhem...”

Tanpa jawaban. Malah hanya orang lain berenam yang melihatnya dengan si tujuan utama masih sibuk memotong sosis bakarnya dan memakannya.

“Ekhem... Permisi,”

Orang itu berpaling ke sumber suara, terkejut, namun dia berhasil mengondisikan mimik wajahnya. “Kau,” katanya kaget.

“Ada apa kau kesini, Tuan kaya raya yang terhormat?” lanjutnya yang kembali makan Nachos berselimut keju setelah sukses menelan sosis yang susah payah dipotong tadi.

“Ngapain kesini? Gabut?” Tanyanya kembali dengan nada tidak bersahabat tanpa repot-repot menengok.

“I never teach you like this before, Tyanne.”

“Oh iya? Anda kan memang tidak pernah mengajarkan saya apa-apa, wajar saya begini,”

“Tyanne Ludwig...”

“Berisik, Anda ganggu saya.” Hardiknya ketus.

Mata sosok yang duduk itu menatap kotak makan yang dibawa lawan bicara.

Tyanne Malveriosa dengan sematan nama terhormat Ludwig di akhir namanya. Iya, dialah milik dari seorang pemimpin perusahaan besar yang kini sedang berdiri menghadapi bentuk marah pasangannya yang sukar ditakluki.

Pasangannya ini sedang marah. Sayangnya, dalam waktu yang sudah lama. Dan sayangnya lagi, sudah ditempuh berbagai cara namun tak kembali juga.

“Kau pulang saja, jangan ganggu saya. Saya juga tidak akan mengganggu Anda dengan sejuta urusan Anda.” Sahutnya sekali lagi. Mungkin sudah geram karena dia sadar semua pasang mata di kepala menatap mereka. Lagi.

Salah satu teman Tyanne bangkit dari kursi dan menghampiri . “Bonjour, Monsieur. Saya Domini. Teman dari Ratu Ludwig ini.”

“Ah, bonjour, Domini. Kamu teman pasangan saya?”

“Oui, Monsieur. Saya berteman dengannya dari tingkat satu sekolah sampai sekarang.” Jawabnya penuh senyum.

Domini menyikut teman sebelahnya lalu memberi kode ke yang lain juga agar berkenalan dengan si kaya raya ini.

“Bonjour, Monsieur. Je m'appelle Renjun*, asli China.”

Yang disalami tersenyum dan sedikit tertawa. “Kw bukan kamu?”

“Haha bisa saja Anda berkata, saya original made in china dan hanya satu,” kelakarnya sukses membuat mereka tertawa.

Mereka, terkecuali Tyanne.

Tyanne mungkin tidak suka jika teman-temannya berbicara dengan pasangannya ini.

Finalnya, manusia gemas itu mendorong Jeremi agar pergi dari sana. Lagi-lagi membuat teman-temannya kaget.

“Ngapain bawa kotak makan? Gue bukan anak kecil! Lo pergi sana, capek gue liat lo!” Jeritnya.

Seisi kantin menghentikan aktivitasnya.

“Ga usah sok peduli bawain makanan segala. Ga usah dateng ke sini. Udah 3 tahun sekolah lo baru datengin gue di sekolah dan cuma buat anter kotak makan ini?!”

“Jeno! Papa ini khawatir sama kamu!”

“Ngapain khawatir? Bisa lo khawatir gue?”

“Jeno!”

“Pergi. Bawa kotak makannya balik. Gue ga sudi.”

Melihat situasi yang makin panas, pria itu memutuskan untuk pergi. “Tapi seenggaknya ambil nak, makan ini, Papa yang buat.”

Anak itu tidak bergeming. Tidak berminat mengambil kotak makan merah ditangan Papanya.

“Ga... Gue ga mau makan,” lirihnya dengan mata merah karena marah.

Ditambah sedikit air yang membasahi bola matanya.

”... lo bukan mama,”

Satu titik air keluar dari ujung matanya.

”... lo bukan kesayangan gue, lo jahat, lo bukan mama.” katanya seraya pergi meninggalkan satu tancapan cukup dalam di hati pria itu.

Anakku, Masih membenciku. Anakku, Lucian Jeno Luedge.

this story is 100% full my imagination not real. with all do respect, I just wanted to make a story based on what happened recently. for those of you who are fighting for peace and justice in our own country, may God bless you.

. . .

JAEYONG ONE SHOT AU

I’m sorry if there’s any typos, I tend to type fast when I’m upset.

Read more...

-maaf dan maaf-

. . .

Halo. Buat kalian yang baru banget baca AU KETOPRAK milikku ini, mohon maaf yang sebesar-besarnya karena telah mengganggu kenyamanan kalian dalam membaca.

Seluruh part yang berisikan narasi dari write.as, linknya sudah DIGANTI dengan yang baru.

Dengan begitu, baik di part sebelumnya, part ini dan part selanjutnya yang berisikan narasi di write.as, link yang tercantum di tweet utama TIDAK AKAN BISA DIBUKA KEMBALI.

Untuk membacanya, LINK TERBARU sudah aku upload dan aku sematkan di QRT tweet yang bersangkutan + ada thread-nya.

Cukup dimengerti kan ya? Hehe.

Mohon maaf sekali lagi aku sampaikan. Aku akan terus berusaha agar kesalahan seperti ini tidak akan terulang lagi ke depannya.

-ayodya-

-hehe-

. . .

((agak ekhem kayaknya))

. . .

“Tiya, buat es teh yuk!”

Sosok kepala keluarga itu menyembulkan kepalanya dari dalam selimut bulu tipis yang boleh dibeli Tiya di online shop. Matanya melirik Tiya yang sedang menyisir rambut di meja rias usang namun masih cukup kokoh.

“Dimana-mana tuh mesra-mesraan pakai teh hangat ga sih? Atau pakai minuman mahal kayak di film,” Jawab Tiya dengan wajah kesalnya.

Read more...

I'm Here Nay

. . .

Halo. Buat kalian yang baru banget baca AU KETOPRAK milikku ini, mohon maaf yang sebesar-besarnya karena telah mengganggu kenyamanan kalian dalam membaca.

Seluruh part yang berisikan narasi dari write.as, linknya sudah DIGANTI dengan yang baru.

Dengan begitu, baik di part sebelumnya, part ini dan part selanjutnya yang berisikan narasi di write.as, link yang tercantum di tweet utama TIDAK AKAN BISA DIBUKA KEMBALI.

Untuk membacanya, LINK TERBARU sudah aku upload dan aku sematkan di QRT tweet yang bersangkutan + ada thread-nya.

Cukup dimengerti kan ya? Hehe.

Mohon maaf sekali lagi aku sampaikan. Aku akan terus berusaha agar kesalahan seperti ini tidak akan terulang lagi ke depannya.

-ayodya-

JAEYONG ONE SHOT AU

. . .

sebuah cerita singkat yang akan kusampaikan padamu, tentang seberapa indah takdir membawamu,

. . .

tentang dia yang tidak bisa kugambarkan kelembutan dan rupanya dengan kata-kata.

. . .

Tepat 100 hari setelah aku bertemu dengan seseorang yang kini mengisi setiap inci ruang hati. Dia yang bahkan sampai detik ini masih harus sibuk membawa tabung oksigen kecil kemana pun dia pergi agar bisa terus menapak di bumi.

Read more...