Nomin Au
. . .
Indahnya Berumah Tangga
So you wanna play with magic Boy, you should know what you're falling for Baby do you dare to do this? Cause I'm coming at you like a dark horse Are you ready for, ready for A perfect storm, perfect storm Cause once you're mine, once you're mine There's no going back
Lantunan 'Dark Horse' milik Katy Perry terdengar sangat keras, berasal dari sebuah kamar di lantai dua rumah bergaya victoria minimalis dan elegan. Terlihat pria itu sedikit mengayunkan kepalanya ke bawah, lalu ke atas dan ke arah sampingnya. Terihat menikmati lagu itu.
Mungkin setelah dia bertingkah ala-ala dia lelah. Karena sehabis melakukan aksi itu, dia duduk dan mengipaskan lehernya dengan tangan. Pria itu duduk sembari mengutak-atik smartphone di dalam genggamannya.
“Kenapa masih saja banyak kerjaan yang menumpuk.” Ujarnya sambil menghela napas lalu dia bergegas menuju laptop kesayangannya.
Tok tok tok
Terdengar suara ketukan dari pintu. Lalu disusul suara dari seseorang di luar sana.
“Mas Jeno, kau masih bekerja, kah?”
Jeno yang mendengar tak menjawab. Dirinya malah membuang napas malas.
“A—aku hanya ingin memberitahu kalau aku membuat sup ayam di bawah, segeralah makan supaya masih hangat—”
Jeno mendengus. Dia tak suka diatur-atur. “Kau bawel ya, nanti juga aku makan. Bisa kau perg—”
“Aku akan pergi. Aku hanya tak mau...”
Ada jeda setelah sosok yang kini menjadi istrinya memotong ucapannya tiba-tiba.
“Tak mau kalau suamiku akan sakit dan kelelahan. Jadi, bisakah kau segera makan, Mas?”
Jeno yang mendengar itu terdiam. Dalam pikiran Jeno, dia membenarkan perkataan Jaemin. Dirinya segera bangkit dari kursi kerjanya menuju pintu.
Jaemin kaget karena Jeno sudah di hadapannya. Dirinya sedikit tersentak namun langsung bisa mengendalikan diri.
“Sudah ngomongnya? Pergi sana. Aku akan makan.”
Setelah berkata, kakinya langsung melangkah begitu saja meninggalkan Jaemin yang masih menunduk di depan ruang kerjanya.
“Ah satu lagi, bisakah kau berhenti mengucap kata 'suamiku'? Aku geli mendengarnya.”
Jeno terus melangkah menuju lantai satu, tanpa tau ada manusia yang menangis dalam diam karena ucapan sederhananya.
Jeno memang tak pernah peduli dengan apa yang dirasakan Jaemin. Memang dialah yang menikahi pemuda tersebut 2 tahun lalu.
Iya pernikahan mereka sudah berjalan selama itu.
Apa yang kalian pikirkan ketika mendengar 2 tahun itu?
Kebahagiaan?
Keharmonisan?
Tidak.
Sejujurnya, Jeno masih tak tau kenapa dia bisa memilih Jaemin sebagai pasangan hidupnya. Dirinya hanya merasa Jaemin bisa menemani dia sehari-hari. Ditambah, dengan adanya seorang istri, dia tak perlu repot-repot menolak dan menghindar dari orang-orang yang terus mengejarnya.
Jeno tau dan sadar, bahwa terkadang dirinya melukai perasaan sang istri, namun lagi-lagi Jeno memilih tak peduli.
Karena sedari awal Jeno bilang,
“Tak perlu kau mencintaiku, cukup jadi istriku dan lakukan kewajibanmu.”
“Kau tak perlu bekerja, aku cukup mapan. Aku tak suka kau keluar rumah.”
“Kau tak usah ikut campur urusanku, kau ada di sini karena aku harus menikah agar tak ada yang mengangguku, Jaemin.”
“Tak usah berpikiran mengenai perasaanku, karena aku tak akan jatuh cinta lagi. Jadi jangan berharap...
Na Jaemin.”
. . .