Cantik.
. . .
by stradirosemary
. . .
Jaeyong One Shot AU
veel leespezier! (Selamat membaca!) <333
. . .
Taeyong.
Itulah namanya.
Seseorang yang datang ke dunia dengan takdir cantik, elegan, dan tentunya manis menyertai wajah. Bahkan ketiga hal tersebut dimilikinya dengan kadar yang di luar ambang batas.
Hadirnya ia amanat terindah dari Tuhan yang datang pada keluarga kecil seorang Raja kaya raya di sebuah naungan nan makmur, dibesarkan dengan penuh kisah terkasih, tanpa cacat dan cela.
Mari kita sebut satu kali lagi, Taeyong namanya.
Si bunga mawar yang mekar dengan kerlipan cahaya ini tak pernah lepas hidupnya dari tatapan mendamba yang berasal dari wanita dan pria di luar sana. “Taeyong, ibarat rembulan, kau cahaya terlembut yang pernah terpancarkan. Betapa terberkati sinar syahdu terukir garis wajahmu.” menjadi salah satu contoh dari ribuan untaian kata indah tertuju padanya dari mereka yang pernah berjumpa si purnama.
Beraroma vanilla dan membawa iklim suasana sejuk, surainya terkibas bersama angin menyebarkan afeksi yang dihirup berlebihan oleh orang. Jangan salahkan dia, orang-orang menjadi gila penuh cinta terlayar dimatanya. Taeyong, memang lah manusia secantik itu.
Dalam redup malam, dirinya acap kali menyendiri dan berbicara pada angin yang berhembus pelan. Tempat favoritnya, tepian laut dalam kawasan Kastil menjadi tempat pilihannya merenung sekarang. Tempat ini indah kapanpun waktu kunjungannya. Saat pagi udara dingin bersih membawa mood yang sangat baik. Jika siang, cahaya matahari memantulkan paras maha indah membuat siapapun yang melihatnya berpikir inilah surga. Saat datang di malam hari, seperti yang Taeyong lakukan sekarang, suara binatang kecil dan deburan ombak bersautan meramaikan hening.
Takdir tidak membiarkan si keindahan Taeyong sendirian diterpa kesedihan.
Kadang Taeyong berpikir mengapa dirinya yang tidak berminat berlomba di dunia ini malah diberikan kecantikan yang paripurna. Dirinya mengakui kesempurna itu. Kulit putih bersih tanpa luka, wajah bersih dengan warna kemerahan yang muda semu menghiasi pipinya, rambut indah bergelombang dengan wangi yang memikat seperti harum tubuhnya, senyum terpasang semanis buah apel di taman buah milik malaikat di surga, dan tentunya sikapnya yang selembut sutra pakaian kebanggaan Dewa Dewi di Negeri Olympus.
Keheningan memainkan peran cukup lama, hingga samar-samar terlihat dengan jarak seseorang dengan masih menggunakan pakaian kebangsaan tanah tercinta.
“Kau memikirkan apa lagi, bungaku?” Suara lembut terdengar dari belakang dirinya duduk di pasir lembut.
Taeyong menoleh, dirinya lantas tersenyum kecil menyambut langkah ringan sosok tegap dengan peralatan panah menyertai, seorang Pangeran Muda cerdas dan juga rupawan yang ikut juga menjadi kebanggaan Kerajaan yang mahsyur. “Aku hanya sedikit memikirkan beberapa hal,” Jawabnya pelan dan kembali menatap lautan lepas.
Pangeran tersebut memilih duduk di sebelah kanan bunga mawarnya. Matanya menerawang ke atas awan, dan lama-kelamaan fokusnya terbuyarkan karena cahaya rembulan tepat menyinar dua insan yang rupawan.
“Lelah ya?”
“Maksudmu?”
“Iya, apakah kau lelah menjadi bunga yang terlalu cantik?”
Mendengar pertanyaan tersebut meluncur dari kekasihnya, Taeyong lagi dan lagi tersenyum kecil. Dirinya tidak tau saja bahwa dunia sekitarnya berhenti berputar agar bisa menikmati tarikan ringan di bibirnya yang merah muda. Taeyong menatap kosong hamparan. Anggukan kecil menyertai jawabannya.
Iya. Bukan hanya lelah, sayang. Namun sangat lelah.
Jangan kalian pikir Taeyong selalu menikmati keistimewaan ini. Terlahir sebagai keturunan terbekati pertama dan terakhir juga ternyata menjadi berlian dari tanah emas dengan Kerajaan megah di atasnya. Sosok yang dicinta seluruh manusia, seluruh warganya. Jika daun dan pohon berbicara, mungkin hanya pemujaan pada Taeyong yang tersebut dalam gumamamnya.
Jaehyun, memeluk Taeyong dengan lembut. Dirinya tahu betul permata negeri penghasil kapas emas ini cukup bosan menjalani hidup. Hanya saja semua tersamarkan dengan senyum dan bahagia yang selalu dia tampakkan. Oh Taeyong, dirimu memang sangat kuat. Seandainya, sehari saja Jaehyun, Pangeran Muda ini bisa mengantikan Taeyong menjadi permata di tanah makmur ini. Dirinya tidak selalu sanggup memandang kekasihnya yang lelah bahkan hanya untuk mengangkat wajah di depan semuanya.
Memilih untuk tidak mengindahkan pikiran buruk, Jaehyun mengelus pipi kenyal Taeyong. Ditariknya wajah sang gemas agar menghadapnya. Mata mereka bertemu. “Kekasihku yang lebih suci dari sungai air susu, ada saatnya kau mengeluh. Pada bintang, pada lautan, pada pasir, bahkan kepada diriku. Aku pasanganmu. Aku siap membantumu, dan jangan lupa ada bahuku yang siap menerima dirimu.”
Jaehyun mencubit hidung Taeyong gemas. Taeyong ini jika diperdengarkan perkataan tulus malah terkekeh. Jiwanya selembut tahu yang dibawa pedagang china dengan harga selangit mencapai puluhan koin. Sangat lembut dan sangat mahal.
“Aku menyadari kini bahwa diriku yang menjadi paling beruntung mendapatkan singa negeri cukup bosan mendengar kau sebagai kekasihku berbicara seperti ini, Jaehyun. Aku baik-baik saja.” Taeyong mencium bibir tebal Jaehyun dan memeluknya lebih erat. “Ayo, kita harus kembali ke Kastil sebelum para pengawal yang gagah dan payah itu kelimpungan mencari dua manusia yang menghilang dari singgasana.”
“Ayo! Lagi pula kita harus menghadiri do'a kesucian esok fajar untuk matahari.” Jawab Jaehyun seraya bangkit dari duduk. Taeyong mengernyit heran, bukankah besok bukan jadwalnya berdo'a di kuil matahari?
Jaehyun melihat itu pun kembali membuka suara. “Kita besok berdo'a bersama umat lainnya, lalu juga kita bertiga harus menjalankan perintah Ayahmu,”
“Perintah apa?”
Jaehyu menggeleng ringan untuk menjawab. Dirinya yang sudah berdiri kini asik menatap surai permata yang diterbangkan angin malam. Dirinya dibuat terdiam akan keindahan. Bahu indah yang tidak tertutupi pakaian itu menjadi fokus sang Pangeran kali ini.
Tanpa pikir panjang, dibawanya tangan kasar yang biasa beradu dengan pegangan kuda dan peralatan perang menuju hamparan kulit itu. Taeyong hanya diam membiarkan si kekasih berbuat semaunya.
“Boleh ku tarik bajumu sampai bawah, bungaku?”
Anggukan kecil Taeyong menjadi awal terbukanya ujung bunga krisan di dua gunung dan penyatuan yang hingga langit ketujuh bisa mendengar desahan dan pujian.
Bolehkah Jaehyun berbangga karena dirinya bersatu dengan mawar merah kecil dengan gelombang di rambutnya?
Tentu boleh. Karena nyatanya saat ini embun surga itu berada tak berdaya di bawahnya menghalau dingin menyebut namanya dengan pelan dan memejamkan mata dengan seluruh pakaian yang terbawa ombak entah kemana.