stradirosemary

it is in your hands to create a better world for all who live in it – Nelson Mandela

. . .

Mereka sudah selesai makan.

Sekarang mereka di depan restaurant menunggu Johnny menjemput mereka.

Doyoung memperhatikan salju yang turun.

Ten dan Winwin juga sibuk berbincang mengenai anak WayV yang akan heboh dibawakan makanan sebanyak ini.

Sebelumnya mata lensa fokus ke arah Ten dan Doyoung.

Namun kini mari perhatikan sisi lain.

Sisi dimana ada Taeyong yang berdiri di sekitaran mereka juga.

Taeyong, sibuk memperhatikn Doyoung yang sedari tadi curi-curi pandang ke Ten.

Taeyong rasanya ingin menangis.

Doyoung... mau sampe kapan sih, Doy?

Ingin bilang ke sahabat plus musuhnya ini agar tidak menutupi perasaannya.

Taeyong ingin memeluk Doyoung dengan erat dan bilang kalau Taeyong ada untuknya.

Doyoung...

Gue tuh tau segalanya, Doy,

Gue tau sakit dibalik senyum lo, gue tau...

Taeyong ingin Doyoung ga perlu menyembunyikan perasaan itu.

Karena tidak ada yang salah.

Doyoung bukan seseorang yang kurang ajar karena mencintai seseorang yang menjadi kekasih sahabatnya sendiri.

Karena Doyoung sendiri ga punya kuasa, kenapa hatinya masih saja mencinta padahal kenyataannya hanya membawa luka.

Doyoung terluka.

Doyoung sahabatnya tidak baik-baik saja.

Dan ini berlangsung selama bertahun-tahun.

Taeyong rasanya ingin bilang itu semua.

Tapi Taeyong tidak bisa.

Taeyong takut ucapannya malah membuka luka lama Doyoung—yang ternyata sampai detik ini masih terbuka.

Biarkan Doyoung menganggap Taeyong tidak tau.

Biarkan semua berjalan sesuai kemauan Doyoung.

Biarkan Doyoung menganggap bahwa Taeyong tidak mengetahui kalau Doyoung memusatkan seluruh perhatiannya ke Johnny seorang.

Biarkan Doyoung menganggap bahwa tidak ada yang melihat dirinya menangis keras di pinggir laut saat Johnny menembak Ten sebagai kekasihnya.

Biarkan Doyoung menganggap bahwa Taeyong tidak melihatnya menangis sampai terjatuh ke dalam dinginnya air laut yang sampai di bibir pantai saat tengah malam, memukul-mukul dadanya dengan keras, meremas kuat surainya dan berteriak lemah...

“Kenapa bukan gue yang di sana...”

Biarkan Doyoung tidak tau bahwa Taeyong adalah manusia yang paling pertama sadar atas seberapa besar rasa kagumnya yang berubah perlahan menjadi sesuatu yang sangat indah; sayang, dan akhirnya menjadi cinta.

Ya.

Biarkanlah begitu.

Doyoung sudah terlalu sakit untuk terluka lagi.

Dan Taeyong hanya bisa menahan nangis saat Taeyong lagi dan lagi melihat sahabatnya itu memasang wajah bahagia dan tersenyum dalam tusukan duri iri.

. . .

Udara dingin pukul satu dini hari sangat sukses membuat tubuh tipis Taeyong menggigil kedinginan.

Tangannya sibuk membenahi helaian rambut yang terbang terbawa angin dan menganggu pengelihatannya.

Jaehyun sendiri asik dalam diam memerhatikan Taeyong yang senang melihat langit yang bagusnya saat itu cukup indah dengan taburan bintang.

Jaehyun duduk di atas mobilnya. Taeyong berdiri dengan tangan mengibas-ngibas bebas di udara.

“Dingin hiiii,”

“Sini sama aku makanya pelukan biar anget, deary,”

Taeyong dengan segera menuju Jaehyun dan menubruknya.

Taeyong kini tenggelam dalam pelukan kekasihnya.

Kepalanya mengusak manja di tubuh Jaehyun. Taeyong juga menggesekkan tangannya di permukaan perut Jaehyun yang tercetak otot dengan sempurna.

Jaehyun hanya terkekeh kecil melihat Taeyong yang sebenarnya lebih tua darinya malah lebih manja dan sangat imut layaknya kucing kecil yang meminta dimanja oleh majikannya.

“Masih ada aja orang ya Jae,”

“Sungai Han ga akan pernah sepi, sayang...”

“Iya sih, mereka juga mungkin kayak kita, pasangan yang gabisa tidur, terus maunya jalan-jalan!”

“Hmm maja...”

Taeyong mengangkat wajahnya dari leher Jaehyun.

Matanya berbinar senang.

Dengan cepat, Taeyong membuka masker yang sedari tadi menutup wajahnya dan juga membuka masker Jaehyun.

Jaehyun langsung menoleh dan menatap Taeyong kaget.

“Kamu ngapain? Kenapa dibuk—”

cup

“—ka...”

cup

cup

cup

cup

Taeyong mencium dan melumat bibir tebal Jaehyun.

Di sini.

Di Sungai Han. Dini hari. Dengan udara malam yang menemani.

“Kamu...”

“I love you, Jaehyun.” Kata Taeyong lembut dan langsung meringsek masuk ke dalam pelukan Jaehyun kembali.

Namun Jaehyun malah terdiam.

Dan Jaehyun tidak membalas pelukan Taeyong.

Merasa tangan Jaehyun tidak memeluknya, Taeyong mengangkat kepala lagi dan melihat Jaehyun yang memasang ekspresi aneh.

“Jaehyun? Ke..napa?”

“Kamu...

... ngapain cium aku di luar gini? Kamu ga liat ada orang lain? Kalo mereka liat kita gimana?”

Jaehyun melepas tangannya dari tautan tangan Taeyong dan memposisikan Taeyong duduk tegak.

“Kamu gimana sih Taeyong? Kalo ada yang videoin kita gimana?”

“Ya terus kenapa emangnya?”

“Terus kenapa emangnya? Did you really ask that?”

“Yes... I'm asking why?”

“Ya because we are idol!” Jaehyun mengeraskan suaranya tepat di hadapan kekasihnya.

Taeyong sangat kaget. Dia langsung merapatkan kedua tangannya, menggenggam satu sama lain.

Jaehyun membentaknya.

“Mikir ga sih kamu? Kamu tuh ceroboh banget Taeyong kamu bisa bikin kita kenapa—”

“EMANG KENAPA SIH JAEHYUN KAMU PACAR AKU KAN AKU CUMA MAU CIUM KAMU AKU CUMA MAU SAMPEIN RASA SAYANG AKU LEWAT CIUMAN KITA! AKU GABISA? GABOLEH?”

“Ya boleh tapi ga di tempat umum gini!”

“Kenapa ga boleh! Kenapaaaaa!!!”

Taeyong berteriak. Taeyong bangkit dari duduknya dan berteriak.

“Kenapa aku gaboleh sama kamu kayak gitu? Kenapa aku gaboleh cium kamu kayak yang lain? Kenapa?” Tanya Taeyong dengan suara yang sangat lirih.

Ah... Taeyong bahkan kini sedang menahan air matanya agar tidak keluar.

“Kenapa Jae? Kamu bilang karena kita idol jadi aku gaboleh cium kamu gitu? Saat kamu having sex sama aku di mobil di depan supir kamu di depan manager kita di depan ajudan kamu, dan untuk hal sekecil ciuman aja aku gaboleh lakuin itu”

“Kenapa Jae, kalo kita yang jadi idol gaboleh pacaran di depan umum, kenapa Nana sama Jeno boleh? Kenapa mereka malah dikasih konten selalu bareng berdua, kenapa Mark dan Haechan ga diomelin, sedangkan aku sama kamu?”

“Kenapa Nana boleh cium Jeno bahkan ada di video, sedangkan aku yang cuma mau sebelahan kamu aja di konten-konten video kita, gaboleh?”

“Aku pacar kamu kan Jaehyun? Taeyong ini pacar kamu kan?”

Pada akhirnya Taeyong tidak bisa menahan air matanya lebih lama.

Dibiarkannya semuanya mengalir. Bukan hanya air mata saja, melainkan perasaannya yang terpendam juga ikut terbawa.

“Kamu selalu gitu Jaehyun... kalo kamu sama aku kamu ga pernah mau tatap aku, kamu hindarin aku, emang kenapa? Kamu malu ya?”

“Kamu emang selalu chat aku, posting apapun yang nunjukkin kata-kata manis buat aku... tapi aku tau loh Jaehyun, kamu emang tipe orang yang mudah sampaikan pujian ke orang lain. Terlalu banyak yang udah kamu puji, jadi rasanya ga spesial lagi, Jaehyun...”

Taeyong menghapus air matanya dengan tangan yang gemetar.

Akhirnya semua uneg-uneg ini keluar ya?

“Kamu cinta ga sih sama aku Jaehyun? Kalo kamu cinta harusnya kamu berani hadepin ini semua, jangan malah takut diem aja, ini kehidupan kita bukan mereka!”

“Kamu ga ngerti apa-apa, Taeyong!”

“IYA KARENA EMANG AKU GA PERNAH TAU MAKSUD KAMU APA PACARIN AKU DAN AKU GA PERNAH NGERTI KAMU MAUNYA APA!”

“Diam, Taeyong!”

Jaehyun memutar badannya dan tanpa pikir panjang menarik Taeyong untuk masuk ke dalam mobil.

Bahkan padding Taeyong sampai jatuh ke tanah dan tertinggal tidak diambil.

Setelah Taeyong masuk dan duduk, dia menutup pintu mobil dengan keras hingga Taeyong terlonjak kaget dan meremas tangannya.

Tolong... Taeyong takut.

Taeyong takut dia kenapa-kenapa. Taeyong takut Jaehyun kenapa-kenapa.

Taeyong takut karena akhirnya mereka bertengkar sehebat ini.

Jaehyun di luar sana terlihat mengacak rambutnya asal. Tangannya mengusap wajahnya dengan frustasi.

Matanya melirik Taeyong yang berada di dalam sedang meringkuk dengan badan yang bergetar karena menahan isakan yang sangat menyakitkan.

Jaehyun sadar kalau dia malam ini melukai Taeyong.

Lagi dan lagi.

Jaehyun akhirnya masuk ke dalam mobil.

Tangannya memeluk Taeyong dengan erat. Dan hal itu membuat Taeyong lebih menangis dengan kuat.

Jaehyun mengecup kening Taeyong dengan dalam. Tubuhnya menutup tubuh Taeyong yang kedinginan, supaya Taeyong merasa hangat dan aman.

Jaehyun memejamkan mata.

Jaehyun bodoh.

Setiap isakan Taeyong, turut mengiris nadinya.

Darahnya mengucur deras bersamaan dengan air mata dari netra lembut kekasihnya.

I'm sorry Taeyong-a

I'm sorry...

Jangan benci aku ya?

때로 더 좋은 것들이 함께 하기 위해 좋은 것들이 허물어져요.

I have to do this... i love you.

. . .

“GUE MAU DUDUK DI POJOK!”

“GAMAU GUE YANG DI POJOKKKK!”

“GUE GA!”

“GUE!”

“Diem ga! Kalo gabisa diem gue tinggal di sini nih!” Taeyong menoyor kepala Winwin dan Ten yang berebut posisi duduk.

Winwin dan Ten akhirnya diam setelah dipelototi Taeyong.

Sedangkan Doyoung di belakang hanya tergeleng heran. Dia meminta maaf kepada pegawai di sana karena tema-temannya menimbulkan keributan sejak baru turun dari mobil hingga kini mereka sudah berada di section khusus pelanggan VIP.

Selagi black card Jaehyun di tangan Taeyong, kalau ada ruangan sekelas surga juga terabas aja.

“Maaf ya, Mbak, temen-temen saya emang rusuh dari masih di perut orang tuanya,” kata Doyoung seraya tersenyum menawan.

Mbak-mbak pegawai restoran itu hanya tersenyum maklum. Dalam hatinya bahagia baru saja disenyumi oleh seorang idol kelas dunia, Doyoung gitu.

Mereka berempat sampai juga akhirnya.

Masih dengan Ten dan Winwin yang rebutan tempat duduk.

“Yaudah deh gue ngalah deh... DOYOUNGGGG LO SAMA GUEEE!!!” Ten berteriak kencang sambil memeluk Doyoung seperti ingin bergelendotan.

“Ten ih bangun gaaa!! IH BERAT BODOH!!”

Anjir gue lagi mau ngehindarin lo Ten lo malah mau sebelah gue T^T

“IH MAU SAMA DOYOUNG!”

Anjir lo gue tuh kalo liat lo jadi inget laki lo anjir harusnya aku yang di sana dampingmu dan bukan dia Johnny please look at me

“GAMAU GUA SAMA LO AAA TAEYONG INI ANAK MONYET KABUR DARI KEBUN BINATANG IKUT-IKUT KITAAA!!”

“SIALAN LO SINI LO GUE CUTE—”

“AAAAAAA ANJIR TEN LO CUBIT TETE GUE SAKIT BANGET!!! SINI GA LOOOOO!!!”

“AAAAA SAKITTTT—”

“LO DULUAANNN CUBIT GUEEEE!”

“ABIS GEMESSSSSSSSSS SINI CUTE LAGI—”

Brakk... Brakk... Brakk

Taeyong memijat kepalanya yang pening.

Doyoung dan Ten yang tadi bergulat pun terdiam mendengar Taeyong memukul meja.

Gagal sudah acara sad boi gue... mau ngegalau aja susah banget.

Winwin yang berhasil memenangkan pertarungan sengit ronde pertama tadi kini sudah asik melihat-lihat menu makanan. Dia ingin memborong semua makanan karena kali ini dia makan di restoran keluarga mewah namun tidak keluar uang.

Bahkan Winwin sudah niat ingin membawa pulang beberapa menu untuk anak-anak WayV lain di rumah.

“Bisa diem ga?”

Doyoung dan Ten terdiam.

“Bisa, hyung,” jawab mereka berdua kompak.

Taeyong menyisir rambutnya ke belakang. Matanya menatap kedua makhluk yang kini duduk namun serampangan.

“Duduk yang bener. Ten, kakinya turunin, Doyoung, hadep ke sini.”

“Ya hyung,”

“Nee...”

“Jangan berisik lagi, oke?”

“Nee hyung,” jawab mereka lagi secara kompak dengan posisi duduk tegak menghadap meja, seperti anak yang dihukum ibunya karena bercanda di meja makan saat sarapan pagi berlangsung.

Taeyong memberikan iPad berisikan menu makanan kepada kedua manusia di hadapannya.

Doyoung dan Ten duduk bersebelahan dan berhadapan dengan Taeyong dan Winwin.

Setelah memilih-milih selama beberapa saat, menu pun dikirim dan masuk ke sistem Restaurant dan dengan segera status pesanan berubah menjadi sedang dalam proses pembuatan.

Mereka semua asik tenggelam dalam gadget di tangan mereka masing-masing.

Sialll kenapa gue duduk di sini help!

Doyoung sibuk meratapi nasibnya yang sangat apes.

Bagaimana mau melupakan si redacted kalau dia saja selalu bersama sahabatnya yang merangkap sebagai kekasih dari seseorang yang telah disukainya selama lebih dari 5 tahun.

Bukannya Doyoung tidak suka Ten.

Tidak.

Doyoung sangat menyukai Ten.

Dia teman seumurannya.

Dia sahabatnya.

Namun terkadang Doyoung iri.

Iri karena Ten selalu mendapat apa yang dia mau.

Sejujurnya, Doyoung sendiri memang sering merasa... berbeda?

Merasa iri.

Merasa tidak pantas.

Bagaimana tidak?

Pertama.

Dia bersahabat dengan Winwin. Si anak manis yang sudah dipastikan siapapun yang bersamanya akan auto menjadi orang tua. Winwin si menggemaskan. Winwin yang disukai seluruh member karena lucu dan baik hati.

Winwin yang saat marah saja malah membuat member lain gemas rasanya ingin meremas pipi Winwin.

Lalu Taeyong.

Doyoung ga akan pernah bisa menbandingkan dirinya dengan Taeyong, karena dia merasa sangat-sangat jauh.

Taeyong si pusat segalanya.

Taeyong dengan sejuta koneksinya.

Taeyong dengan kemampuannya yang luar biasa.

Taeyong dengan visualnya.

Dan Taeyong yang bahkan sampai bisa menaklukkan manusia seperti Jaehyun hingga Jaehyun bisa bertekuk lutut di bawah pesonanya.

Dia? Apa?

Dan sekarang... Ten.

Ten yang manis.

Ten yang kreatif.

Ten yang sangat bisa membawa suasana.

Ten yang terasa seperti angin sejuk di tengah teriknya panas.

Dan juga Ten yang bisa memeluk dan mencium apa yang Doyoung cita-citakan.

Sangat wajar kan kalau Doyoung merasa tidak ada apa-apanya?

“Doyoung... lo kenapa bengong?” Ten mengguncang badan Doyoung.

Doyoung gelagapan. Dia menengok ke arah Ten dan berkata bahwa dia baik-baik saja.

Hanya sedikit lelah.

Alasan klasik saat dia tidak bisa mengatakan alasan ke-overthinking-annya.

“Foto yuk Doy! Gue mau kirim ke Johnny~” Ten bergeser duduk agar lebih dekat dengan Doyoung.

Tangannya sudah membuka pilihan ambil foto di sebuah room chat berisikan dia dan kekasihnya.

Doyoung cemberut.

“Males ah Ten, sama Taeyong aja gih,” Doyoung berujar sambil duduk menjauh dari Ten dan menjatuhkan kepalanya ke meja.

Ten melihat itu langsung menatap Doyoung aneh.

Tangannya berhenti di udara.

Doyoung menghindarinya?

Ten memilih untuk kembali ke posisi duduknya. Pikirannya berjalan kemana-mana memikirkan apakah Doyoung marah dengannya atau apa?

Doyoung terus terdiam hingga akhirnya makanan sampai dan mereka dengan lahap memakan dengan sesekali berbincang dan bercanda.

Doyoung sekali-kali tidak berpura-pura bahagia tidak apa kan?

. . .

Special Chapter

by Stradirosemary

. . .

JAEYONG's Chapter

. . .

Because, relationship is like a beautiful garden. The more you put your love into it, the more it grows.

-Unknown


Pagi ini sejuk. Masih terlihat ada sedikit air di dedaunan pohon di sekitar sekolah. Iya, ini semua kerjaannya si hujan yang saat fajar menyongsong, dia turun.

“Langit, jangan menangis lagi ya. Hariku untuk kali ini terlalu indah untuk ikut bersedih denganmu,” gumamnya rapuh.

Sebuah senyuman manis tercetak dibibirnya yang berwarna merah muda itu.

Pria manis itu duduk di sebuah bangku panjang diantara dua pohon Cherry yang cukup besar. Dia kembali membuka komik di tangannya yang beberapa waktu lalu ia beli di toko buku.

Dan Taeyong berlarut bersama dan terbawa suasana dalam cerita yang dijiwainya.

“Hai senior, sendirian aja deh,” teriak seseorang dari arah belakang.

Tanpa dia menoleh, dia tau siapa pemilik suara itu.

Siapa lagi kalau bukan cowok yang hampir dua puluh empat per tujuh selalu bersamanya.

Walaupun sedikit menganggu, tetapi Taeyong sadar kalau dia bahagia.

Jaehyun menghampirinya dan mengacak-ngacak rambut Taeyong gemas.

“Kamu ngapain, Jae? Ini masih jam 6 pagi loh,” tanya penggemar ubi itu sambil merapihkan rambutnya dan mendengus kesal.

“Lah kamu juga ngapain pagi-pagi udah disini, hyung? Di taman sendirian...” tanyanya dengan cengiran jahilnya. Tangannya kembali mendarat di pucuk kepala Taeyong yang kini berhias surai dengan warna keunguan.

Dengan randomnya, Jaehyun menarik-narik kecil rambut tersebut hingga sang empunya meringis kesakitan.

Dan lebih random lagi, Jaehyun meminta Taeyong menghadap ke arahnya dan membuat ekspresi wajah yang sangat aneh.

Tentu Taeyong langsung tertawa melihatnya.

Taeyong tertawa melihat ekspresi yang dibuat Jaehyun si manusia sempurna, dan menggeleng untuk menjawab pertanyaannya. “Ini bukan pertama kalinya kan kamu mergokin aku di taman ini,”

Jaehyun kembali tersenyum dan duduk di sebelah Taeyong dengan tenang. “Iya sih, tapi kan aneh aja, ini masih pagi banget loh,”

Taeyong menutup bukunya dan menatap Jaehyun. Dia menatapnya lekat, dan melirik ke arah jam tangan yang dia gunakan di tangan kirinya. Hingga dia sadar akan suatu hal.

Kok Jaehyun udah bangun? Ini baru jam 6! Dan, seorang Jung Jaehyun sudah dengan pakaian rapi?

“Kamu...”

“Apa?”

“Kok, udah...”

“Hah?”

“Kok udah rapi?”

Jaehyun menghadapkan kepalanya ke arah lawan bicaranya. Lalu menghadap depan lagi.

“Aku harus ke kantor Papa. Tapi aslinya sih aku bingung mau kemana dan ngapain,”

Jaehyun menghembuskan napasnya pelan. Taeyong tahu, pasti Jaehyun sedang ada masalah, untuk kesekian kalinya.

Anak CEO seperti dia hidupnya pasti tidak jauh-jauh dari masalah dan masalah serta ambisi dan persaingan.

Ditambah masalahnya yang berasal dari grupnya ini. NCT.

Taeyong terus memperhatikan Jaehyun lekat-lekat. Memang sudah beberapa kali dia melihat paras tampan Jaehyun terpapar sinar mentari pagi. Tapi kali ini berbeda, seakan memberikan kesan bahwa Jaehyun, tidak bahagia.

Sadar lawan bicaranya terdiam, Jaehyun melirik ke arah Taeyong dan mengelus pelan kepala Taeyong.

“I'm totally okay, Taeyong-a. Don't worry about me,” Ujar Jaehyun sangat lembut.

“Buku apa itu?” tanya Jaehyun mengalihkan pembicaraan sambil merebut buku komik itu dari genggaman Taeyong.

“Kepo ih!,”

“Ih... porno ya?”

“IH BUKAN YA!”

“Kan biasanya komik isinya jorok,”

“GA SEMUANYA YAAA!”

Taeyong menyipitkan matanya lalu berdecak. “Ga semuanya tau! Ini ceritanya bagus banget,”

Fajar mengangguk dan membuat bentuk O pada bibirnya. “Iya iya deh biar seneng.”

“Kamu latihan nanti?” tanya Jaehyun yang langsung dijawab Taeyong dengan anggukan.

Keadaan kembali hening. Mereka sama-sama diam menikmati suasana pagi di taman ini.

“Jangan banyak mikir ah, muka kamu kocak tau,” ucapnya sambil menyentuh hidung Taeyong.

Jaehyun sekilas melirik jam di tangannya. Sebentar lagi supirnya akan menjemputnya.

“Taeyong-a, kamu cantik banget kok bisa sih?,”

Taeyong terhenyak.

“Ga ada salahnya ya gue suka sama lo, hyung.”

Taeyong terhenyak kembali.

Jaehyun tau akan sulit untuk mempunyai hubungan dengan pria yang punya pekerjaan yang sama dengannya.

Akan sangat berbahaya. Bukan hanya untuk mereka sendiri, namun ke grup mereka juga.

“Kamu udah tau kan, kalo aku suka kamu?” Tanya Jaehyun to-the-point.

Inilah yang diambil Jaehyun. Keputusan ini dia ambil, karena...

Dia tidak mau menyia-nyiakan sesuatu hal yang dia mau. Lagi?

“Masalah itu, kamu ga perlu jawab kok. Aku cuma pengen kamu tau. Udah,”

Jaehyun mengelus tangan Taeyong pelan. Taeyong hanya bisa menekuk wajahnya, dia takut, dan dia tidak siap.

Jaehyun cukup peka untuk mengetahui apa yang terjadi pada Taeyong. Dia tau, Taeyong pasti memiliki rasa takut dan itu amat sangat susah dihilangkan. Apalagi, yang mengalaminya adalah pria rapuh di hadapannya ini.

Jaehyun bertekad membantu hyungnya ini berlalu dan pergi dari ketakutannya.

Dari cacian dan makian tidak mendasar yang ditujukan ke sosok yang disukai dan dikaguminya ini.

Tapi,

Apakah dia sanggup?

Mengingat Jaehyun sendiri punya banyak masalah.

“Taeyong-a, aku tau, aku tau banget apa yang kamu rasain. Tapi, kamu juga berhak bahagia. Entah dengan hal apapun, kamu bener-bener berhak. Itu cuma masa lalu, mereka nyerang kamu itu cuma karena mereka ga suka liat kamu melangkah menuju pintu sukses. Juga, itu udah jadi skenario yang Tuhan kasih dalam perjalanan hidup kamu.” Jaehyun mengangkup wajah Taeyong.

“Ini namanya takdir, udah jalannya Hyung, kamu ga bisa menghindar, ga bisa lari. Apa kamu ga sadar udah berapa lama waktu yang kebuang sia-sia cuma karena kamu meratapi kesalahan yang padahal ga kamu buat? Kamu sadar ga sih waktu kamu udah kebuang banyak banget,”

Ya, benar apa kata Jaehyun. Taeyong terlalu memikirkan masa lalu. Itu membuatnya kehilangan banyak waktu. Membuatnya kehilangan banyak kenangan. Membuatnya kehilangan banyak kesempatan.

Jaehyun benar, Taeyong juga berhak bahagia. Dirinya berhak dan bahkan sangat berhak untuk bahagia.

“Taeyong-a... bahagia ga cuma dateng dari satu hal aja kok, kebahagiaan itu bisa datang dari apa aja. Asal satu, kamu bisa bersyukur dan membiarkan semua berjalan sesuai kehendak yang di atas sana. Kita emang bisa dan pasti merasa sedih, ga ada manusia yang enggak mengalami kesedihan, tapi ga harus sampai berlarut-larut Hyung. Ada orangtua kan yang selalu ada buat hyung,” Jaehyun mengecup pelan kedua mata Taeyong.

“Ada sahabat-sahabat kamu,” Jaehyun mengusap surai indah Taeyong dan dirapikan ke belakang.

“Dan, ada aku... aku di sini buat kamu, Taeyong-a,”

Taeyong menatap nanar cowok di hadapannya ini. Dari sorot matanya terlihat penuh harap dan penuh ketulusan.

Jaehyun seakan mengirimkan semangat kepada Taeyong di pagi itu lewat tatapan mata dan usapan lembut pada pipinya.

“Aku janji aku akan jaga kamu,” ujarnya sungguh-sungguh. “Apapun yang terjadi kelak, aku akan selalu berusaha ada buat kamu. So please, kasih aku kesempatan dan biarkan aku mengisi ruang di hati kamu. Aku tau itu bener-bener ga gampang. Makanya ayo kita coba bersama, Hyung. Ga ada salahnya kok. Dan... yang harus kamu tau, bahkan saat aku terbang ke atas awan dan menuju nirwana sana, aku akan tetap sayang dan suka sama kamu.”

Taeyong tidak dapat membendung air matanya kembali. Ini, terasa sangat cepat. Hatinya meletup-letup. Kata-kata barusan sangatlah membuat kupu-kupu dalam perutnya berterbangan.

Taeyong merasa sedih, sekaligus bahagia.

Sedih karena dia menjadi sosok rapuh yang terjebak dalam lingkaran kegelapan.

Namun bahagia karena mengetahui ada Jaehyun yang selalu ada untuknya dan menerimanya.

“Aku bener-bener sayang sama kamu, Taeyong-a,”

Tangisan Taeyong semakin deras. Pagi ini dia terlalu bahagia.

“Tapi,” katanya lemah di sela tangisnya.

“Kenapa? Tapi kenapa?” jawab Jaehyun sambil menghapus aliran airmata yang keluar dari mata indah Taeyong.

“Aku masih takut, Jae.”

Ya, pikiran itu mengusik diri Taeyong kembali. Jaehyun tersenyum kecut. Inilah penyebab Taeyong kehilangan kepercayaan diri dan semangat hidup.

“Ga perlu takut, ada aku di sini, ga perlu cemas,” jawab Jaehyun meyakinkan.

“Aku tidak bisa menjadi mawar putih tanpa duri untuk kamu,”

Jaehyun menggeleng pelan. Bibirnya menyunggingkan senyum menawan.

“Yang namanya Taeyong setau aku akan selalu menjadi mawar terindah bagi Jaehyun.”

Taeyong kembali meneteskan air matanya. “You are too perfect to my garden,” kata Taeyong lirih.

“Ga ada mawar tanpa duri, secantik apapun pasti ada...”

Jaehyun mengecup pelan kening Taeyong.

“Kau, sebegitu yakinkah?” tanya Taeyong sangat pelan.

Tanpa basa-basi, Jaehyun menjawab pertanyaan yang keluar dari bibir manis gadis di hadapannya.

Dengan cepat, dia menjawab melalui kecupan lembut dan ciuman di bibir tipis itu.

Taeyong yang tadinya kaget atas perlakuan Jaehyun yang mendadak ini, ikut memejamkan matanya juga, merasakan kenikmatan.

Ya, walaupun hanya ciuman singkat, tapi itu sangat berarti untuk keduanya.

Lewat itu, Jaehyun mengirimkan rasa sayang kepada Taeyong. Dia betul-betul menunjukkan rasa itu kepadanya.

“So you can come to my garden, and become the most beautiful rose flower in there.”

Taeyong tersenyum untuk kesekian kali. Dia merasa sangat bahagia.

Di waktu yang bersamaan, sebuah mobil sedan tampak di pinggir taman. Ternyata Jaehyun sudah dijemput.

Jaehyun bangkit dari duduknya. Dirinya merapikan kemejanya yang sedikit tertekuk di ujung tangan.

Jaehyun kembali menatap Taeyong dengan lekat.

“I won't ask you to be mine cause you are already mine. See you, Deary.”

Kecupan terakhir berhasil mendarat mulus di bibir tipis Taeyong dan Jaehyun dengan senyum mengembang berjalan menuju mobil dan pergi menghilang dari pandangannya.

Menegaskan bahwa hari itu sebelum mereka debut di tahun 2016, disaksikan dinginnya pagi dan sebuah pohon Cherry, Taeyong resmi menjadi milik Jaehyun.

Untuk esok, lusa, dan seterusnya.

Biarkan Taeyong menikmati rasa cintanya yang ternyata berbalas, cinta pada pandangan pertama setelah melihat paras rupawan dan senyum teduh Jaehyun yang pertama kali memasuki gedung agensinya.


Ew aku nulis apaan *menangis di pojokan

Terlambat, Kamu Tak Sampai Tujuan.

. . .

One Shot AU by Stradirosemary

. . .

Tes tes

Hujan semakin turun ditemani kabut yang menebal. Air yang jatuh dari langit bertubrukan dengan badan mobil putih miliknya yang sedang melesat seakan menembus waktu.

Tuhan. Jangan buatku menyesal kembali.

Tikungan pertama jalan kecil, membawa pikiran Jaehyun ke dalam ruang lampau saat dirinya berada di keadaan yang bernama bahagia.

Petir menyala di langit hitam. Membuat dunia seakan ramai akan dendam yang tak terbalas. Bunyi raungan mesin mobilnya tak terdengar kuat karena gemuruh menggelegar menangkisnya.

Tangannya terus memutar setir mengikuti lika-liku jalan. Hatinya mencelos saat sadar bahwa kebodohannya tidak main-main.

Tikungan kedua, terputar bayangan Taeyong yang kecewa.

Permatanya yang memilih pergi tanpa permisi. Masa depan indahnya yang sayangnya mungkin tak akan hadir kembali.

Tuhan. Izinkan aku meminta maaf padanya. Sekali saja...

Tikungan terakhir, tak dapat dihindari.

Ucapan permohonan Jaehyun terbang. Terbawa angin dingin menuju selatan.

Tatapannya melemah. Dinginnya udara membuatnya tidak bisa apa-apa.

Tubuhnya terbalik. Seperti memori yang sekarang memutar kilas balik.

Dengan luka parah di kepala, Jaehyun memandang tangan kirinya yang setia menggenggam kalung berhias liontin dengan inisial “T” di sisi depan.

Air matanya tak terlihat karena bercambur aliran merah yang mengalir deras.

Matanya panas.

Sisa kesadarannya perlahan lenyap tak kuasa menahan sakit di hatinya, berbarengan dengan leguhan rendah,

Maaf Taeyong-a...

Maafkan aku menghancurkan hatimu lagi,

Aku mencintaimu, bahkan hingga kini benar-benar ujung waktuku.

Dan detik terakhir dalam hidupnya selesai sudah melangkah.

Maaf Jaehyun...

Namun inilah kenyataan. Permintaan maafmu, ucapan terima kasihmu, dan rasa cintamu tidak mampu tersampaikan ke pujaan yang tidak seharusnya kau sia-siakan.

Kau tidak sampai tujuan.

. . .

extra chapter

. . .

Jefri yang sudah tidak muda di tahun 19xx-an berguling di tanah. Jefri tertawa keras karena permainan yang sedang dimainkannya bersama beberapa orang temannya.

Seragam SMA miliknya yang sudah tidak berbentuk, kotor tidak karuan akibat tanah yang tentu menempel akibat ulahnya yang berguling ke sana ke mari untuk mencapai garis akhir.

Permainan pemuda, biasa lah aneh.

. . .

Special chapter

. . .

Halo. Buat kalian yang baru banget baca AU KETOPRAK milikku ini, mohon maaf yang sebesar-besarnya karena telah mengganggu kenyamanan kalian dalam membaca.

Seluruh part yang berisikan narasi dari write.as, linknya sudah DIGANTI dengan yang baru.

Dengan begitu, baik di part sebelumnya, part ini dan part selanjutnya yang berisikan narasi di write.as, link yang tercantum di tweet utama TIDAK AKAN BISA DIBUKA KEMBALI.

Untuk membacanya, LINK TERBARU sudah aku upload dan aku sematkan di QRT tweet yang bersangkutan + ada thread-nya.

Cukup dimengerti kan ya? Hehe.

Mohon maaf sekali lagi aku sampaikan. Aku akan terus berusaha agar kesalahan seperti ini tidak akan terulang lagi ke depannya.

-ayodya-

You're gonna be okay.

. . .

Halo. Buat kalian yang baru banget baca AU KETOPRAK milikku ini, mohon maaf yang sebesar-besarnya karena telah mengganggu kenyamanan kalian dalam membaca.

Seluruh part yang berisikan narasi dari write.as, linknya sudah DIGANTI dengan yang baru.

Dengan begitu, baik di part sebelumnya, part ini dan part selanjutnya yang berisikan narasi di write.as, link yang tercantum di tweet utama TIDAK AKAN BISA DIBUKA KEMBALI.

Untuk membacanya, LINK TERBARU sudah aku upload dan aku sematkan di QRT tweet yang bersangkutan + ada thread-nya.

Cukup dimengerti kan ya? Hehe.

Mohon maaf sekali lagi aku sampaikan. Aku akan terus berusaha agar kesalahan seperti ini tidak akan terulang lagi ke depannya.

-ayodya-

Jangan Pergi

. . .

Halo. Buat kalian yang baru banget baca AU KETOPRAK milikku ini, mohon maaf yang sebesar-besarnya karena telah mengganggu kenyamanan kalian dalam membaca.

Seluruh part yang berisikan narasi dari write.as, linknya sudah DIGANTI dengan yang baru.

Dengan begitu, baik di part sebelumnya, part ini dan part selanjutnya yang berisikan narasi di write.as, link yang tercantum di tweet utama TIDAK AKAN BISA DIBUKA KEMBALI.

Untuk membacanya, LINK TERBARU sudah aku upload dan aku sematkan di QRT tweet yang bersangkutan + ada thread-nya.

Cukup dimengerti kan ya? Hehe.

Mohon maaf sekali lagi aku sampaikan. Aku akan terus berusaha agar kesalahan seperti ini tidak akan terulang lagi ke depannya.

-ayodya-

Ga Seberapa

. . .

Halo. Buat kalian yang baru banget baca AU KETOPRAK milikku ini, mohon maaf yang sebesar-besarnya karena telah mengganggu kenyamanan kalian dalam membaca.

Seluruh part yang berisikan narasi dari write.as, linknya sudah DIGANTI dengan yang baru.

Dengan begitu, baik di part sebelumnya, part ini dan part selanjutnya yang berisikan narasi di write.as, link yang tercantum di tweet utama TIDAK AKAN BISA DIBUKA KEMBALI.

Untuk membacanya, LINK TERBARU sudah aku upload dan aku sematkan di QRT tweet yang bersangkutan + ada thread-nya.

Cukup dimengerti kan ya? Hehe.

Mohon maaf sekali lagi aku sampaikan. Aku akan terus berusaha agar kesalahan seperti ini tidak akan terulang lagi ke depannya.

-ayodya-