.
.
.
Special Chapter
by Stradirosemary
.
.
.
JAEYONG's Chapter
.
.
.
Because, relationship is like a beautiful garden. The more you put your love into it, the more it grows.
-Unknown
Pagi ini sejuk. Masih terlihat ada sedikit air di dedaunan pohon di sekitar sekolah. Iya, ini semua kerjaannya si hujan yang saat fajar menyongsong, dia turun.
“Langit, jangan menangis lagi ya. Hariku untuk kali ini terlalu indah untuk ikut bersedih denganmu,” gumamnya rapuh.
Sebuah senyuman manis tercetak dibibirnya yang berwarna merah muda itu.
Pria manis itu duduk di sebuah bangku panjang diantara dua pohon Cherry yang cukup besar. Dia kembali membuka komik di tangannya yang beberapa waktu lalu ia beli di toko buku.
Dan Taeyong berlarut bersama dan terbawa suasana dalam cerita yang dijiwainya.
“Hai senior, sendirian aja deh,” teriak seseorang dari arah belakang.
Tanpa dia menoleh, dia tau siapa pemilik suara itu.
Siapa lagi kalau bukan cowok yang hampir dua puluh empat per tujuh selalu bersamanya.
Walaupun sedikit menganggu, tetapi Taeyong sadar kalau dia bahagia.
Jaehyun menghampirinya dan mengacak-ngacak rambut Taeyong gemas.
“Kamu ngapain, Jae? Ini masih jam 6 pagi loh,” tanya penggemar ubi itu sambil merapihkan rambutnya dan mendengus kesal.
“Lah kamu juga ngapain pagi-pagi udah disini, hyung? Di taman sendirian...” tanyanya dengan cengiran jahilnya. Tangannya kembali mendarat di pucuk kepala Taeyong yang kini berhias surai dengan warna keunguan.
Dengan randomnya, Jaehyun menarik-narik kecil rambut tersebut hingga sang empunya meringis kesakitan.
Dan lebih random lagi, Jaehyun meminta Taeyong menghadap ke arahnya dan membuat ekspresi wajah yang sangat aneh.
Tentu Taeyong langsung tertawa melihatnya.
Taeyong tertawa melihat ekspresi yang dibuat Jaehyun si manusia sempurna, dan menggeleng untuk menjawab pertanyaannya. “Ini bukan pertama kalinya kan kamu mergokin aku di taman ini,”
Jaehyun kembali tersenyum dan duduk di sebelah Taeyong dengan tenang. “Iya sih, tapi kan aneh aja, ini masih pagi banget loh,”
Taeyong menutup bukunya dan menatap Jaehyun. Dia menatapnya lekat, dan melirik ke arah jam tangan yang dia gunakan di tangan kirinya. Hingga dia sadar akan suatu hal.
Kok Jaehyun udah bangun? Ini baru jam 6! Dan, seorang Jung Jaehyun sudah dengan pakaian rapi?
“Kamu...”
“Apa?”
“Kok, udah...”
“Hah?”
“Kok udah rapi?”
Jaehyun menghadapkan kepalanya ke arah lawan bicaranya. Lalu menghadap depan lagi.
“Aku harus ke kantor Papa. Tapi aslinya sih aku bingung mau kemana dan ngapain,”
Jaehyun menghembuskan napasnya pelan. Taeyong tahu, pasti Jaehyun sedang ada masalah, untuk kesekian kalinya.
Anak CEO seperti dia hidupnya pasti tidak jauh-jauh dari masalah dan masalah serta ambisi dan persaingan.
Ditambah masalahnya yang berasal dari grupnya ini. NCT.
Taeyong terus memperhatikan Jaehyun lekat-lekat. Memang sudah beberapa kali dia melihat paras tampan Jaehyun terpapar sinar mentari pagi. Tapi kali ini berbeda, seakan memberikan kesan bahwa Jaehyun, tidak bahagia.
Sadar lawan bicaranya terdiam, Jaehyun melirik ke arah Taeyong dan mengelus pelan kepala Taeyong.
“I'm totally okay, Taeyong-a. Don't worry about me,” Ujar Jaehyun sangat lembut.
“Buku apa itu?” tanya Jaehyun mengalihkan pembicaraan sambil merebut buku komik itu dari genggaman Taeyong.
“Kepo ih!,”
“Ih... porno ya?”
“IH BUKAN YA!”
“Kan biasanya komik isinya jorok,”
“GA SEMUANYA YAAA!”
Taeyong menyipitkan matanya lalu berdecak. “Ga semuanya tau! Ini ceritanya bagus banget,”
Fajar mengangguk dan membuat bentuk O pada bibirnya. “Iya iya deh biar seneng.”
“Kamu latihan nanti?” tanya Jaehyun yang langsung dijawab Taeyong dengan anggukan.
Keadaan kembali hening. Mereka sama-sama diam menikmati suasana pagi di taman ini.
“Jangan banyak mikir ah, muka kamu kocak tau,” ucapnya sambil menyentuh hidung Taeyong.
Jaehyun sekilas melirik jam di tangannya. Sebentar lagi supirnya akan menjemputnya.
“Taeyong-a, kamu cantik banget kok bisa sih?,”
Taeyong terhenyak.
“Ga ada salahnya ya gue suka sama lo, hyung.”
Taeyong terhenyak kembali.
Jaehyun tau akan sulit untuk mempunyai hubungan dengan pria yang punya pekerjaan yang sama dengannya.
Akan sangat berbahaya. Bukan hanya untuk mereka sendiri, namun ke grup mereka juga.
“Kamu udah tau kan, kalo aku suka kamu?” Tanya Jaehyun to-the-point.
Inilah yang diambil Jaehyun. Keputusan ini dia ambil, karena...
Dia tidak mau menyia-nyiakan sesuatu hal yang dia mau. Lagi?
“Masalah itu, kamu ga perlu jawab kok. Aku cuma pengen kamu tau. Udah,”
Jaehyun mengelus tangan Taeyong pelan. Taeyong hanya bisa menekuk wajahnya, dia takut, dan dia tidak siap.
Jaehyun cukup peka untuk mengetahui apa yang terjadi pada Taeyong. Dia tau, Taeyong pasti memiliki rasa takut dan itu amat sangat susah dihilangkan. Apalagi, yang mengalaminya adalah pria rapuh di hadapannya ini.
Jaehyun bertekad membantu hyungnya ini berlalu dan pergi dari ketakutannya.
Dari cacian dan makian tidak mendasar yang ditujukan ke sosok yang disukai dan dikaguminya ini.
Tapi,
Apakah dia sanggup?
Mengingat Jaehyun sendiri punya banyak masalah.
“Taeyong-a, aku tau, aku tau banget apa yang kamu rasain. Tapi, kamu juga berhak bahagia. Entah dengan hal apapun, kamu bener-bener berhak. Itu cuma masa lalu, mereka nyerang kamu itu cuma karena mereka ga suka liat kamu melangkah menuju pintu sukses. Juga, itu udah jadi skenario yang Tuhan kasih dalam perjalanan hidup kamu.” Jaehyun mengangkup wajah Taeyong.
“Ini namanya takdir, udah jalannya Hyung, kamu ga bisa menghindar, ga bisa lari. Apa kamu ga sadar udah berapa lama waktu yang kebuang sia-sia cuma karena kamu meratapi kesalahan yang padahal ga kamu buat? Kamu sadar ga sih waktu kamu udah kebuang banyak banget,”
Ya, benar apa kata Jaehyun. Taeyong terlalu memikirkan masa lalu. Itu membuatnya kehilangan banyak waktu. Membuatnya kehilangan banyak kenangan. Membuatnya kehilangan banyak kesempatan.
Jaehyun benar, Taeyong juga berhak bahagia. Dirinya berhak dan bahkan sangat berhak untuk bahagia.
“Taeyong-a... bahagia ga cuma dateng dari satu hal aja kok, kebahagiaan itu bisa datang dari apa aja. Asal satu, kamu bisa bersyukur dan membiarkan semua berjalan sesuai kehendak yang di atas sana. Kita emang bisa dan pasti merasa sedih, ga ada manusia yang enggak mengalami kesedihan, tapi ga harus sampai berlarut-larut Hyung. Ada orangtua kan yang selalu ada buat hyung,” Jaehyun mengecup pelan kedua mata Taeyong.
“Ada sahabat-sahabat kamu,” Jaehyun mengusap surai indah Taeyong dan dirapikan ke belakang.
“Dan, ada aku... aku di sini buat kamu, Taeyong-a,”
Taeyong menatap nanar cowok di hadapannya ini. Dari sorot matanya terlihat penuh harap dan penuh ketulusan.
Jaehyun seakan mengirimkan semangat kepada Taeyong di pagi itu lewat tatapan mata dan usapan lembut pada pipinya.
“Aku janji aku akan jaga kamu,” ujarnya sungguh-sungguh. “Apapun yang terjadi kelak, aku akan selalu berusaha ada buat kamu. So please, kasih aku kesempatan dan biarkan aku mengisi ruang di hati kamu. Aku tau itu bener-bener ga gampang. Makanya ayo kita coba bersama, Hyung. Ga ada salahnya kok. Dan... yang harus kamu tau, bahkan saat aku terbang ke atas awan dan menuju nirwana sana, aku akan tetap sayang dan suka sama kamu.”
Taeyong tidak dapat membendung air matanya kembali. Ini, terasa sangat cepat. Hatinya meletup-letup. Kata-kata barusan sangatlah membuat kupu-kupu dalam perutnya berterbangan.
Taeyong merasa sedih, sekaligus bahagia.
Sedih karena dia menjadi sosok rapuh yang terjebak dalam lingkaran kegelapan.
Namun bahagia karena mengetahui ada Jaehyun yang selalu ada untuknya dan menerimanya.
“Aku bener-bener sayang sama kamu, Taeyong-a,”
Tangisan Taeyong semakin deras. Pagi ini dia terlalu bahagia.
“Tapi,” katanya lemah di sela tangisnya.
“Kenapa? Tapi kenapa?” jawab Jaehyun sambil menghapus aliran airmata yang keluar dari mata indah Taeyong.
“Aku masih takut, Jae.”
Ya, pikiran itu mengusik diri Taeyong kembali. Jaehyun tersenyum kecut. Inilah penyebab Taeyong kehilangan kepercayaan diri dan semangat hidup.
“Ga perlu takut, ada aku di sini, ga perlu cemas,” jawab Jaehyun meyakinkan.
“Aku tidak bisa menjadi mawar putih tanpa duri untuk kamu,”
Jaehyun menggeleng pelan. Bibirnya menyunggingkan senyum menawan.
“Yang namanya Taeyong setau aku akan selalu menjadi mawar terindah bagi Jaehyun.”
Taeyong kembali meneteskan air matanya. “You are too perfect to my garden,” kata Taeyong lirih.
“Ga ada mawar tanpa duri, secantik apapun pasti ada...”
Jaehyun mengecup pelan kening Taeyong.
“Kau, sebegitu yakinkah?” tanya Taeyong sangat pelan.
Tanpa basa-basi, Jaehyun menjawab pertanyaan yang keluar dari bibir manis gadis di hadapannya.
Dengan cepat, dia menjawab melalui kecupan lembut dan ciuman di bibir tipis itu.
Taeyong yang tadinya kaget atas perlakuan Jaehyun yang mendadak ini, ikut memejamkan matanya juga, merasakan kenikmatan.
Ya, walaupun hanya ciuman singkat, tapi itu sangat berarti untuk keduanya.
Lewat itu, Jaehyun mengirimkan rasa sayang kepada Taeyong. Dia betul-betul menunjukkan rasa itu kepadanya.
“So you can come to my garden, and become the most beautiful rose flower in there.”
Taeyong tersenyum untuk kesekian kali. Dia merasa sangat bahagia.
Di waktu yang bersamaan, sebuah mobil sedan tampak di pinggir taman. Ternyata Jaehyun sudah dijemput.
Jaehyun bangkit dari duduknya. Dirinya merapikan kemejanya yang sedikit tertekuk di ujung tangan.
Jaehyun kembali menatap Taeyong dengan lekat.
“I won't ask you to be mine cause you are already mine. See you, Deary.”
Kecupan terakhir berhasil mendarat mulus di bibir tipis Taeyong dan Jaehyun dengan senyum mengembang berjalan menuju mobil dan pergi menghilang dari pandangannya.
Menegaskan bahwa hari itu sebelum mereka debut di tahun 2016, disaksikan dinginnya pagi dan sebuah pohon Cherry, Taeyong resmi menjadi milik Jaehyun.
Untuk esok, lusa, dan seterusnya.
Biarkan Taeyong menikmati rasa cintanya yang ternyata berbalas, cinta pada pandangan pertama setelah melihat paras rupawan dan senyum teduh Jaehyun yang pertama kali memasuki gedung agensinya.
Ew aku nulis apaan *menangis di pojokan