—Comparing—
. . .
“GUE MAU DUDUK DI POJOK!”
“GAMAU GUE YANG DI POJOKKKK!”
“GUE GA!”
“GUE!”
“Diem ga! Kalo gabisa diem gue tinggal di sini nih!” Taeyong menoyor kepala Winwin dan Ten yang berebut posisi duduk.
Winwin dan Ten akhirnya diam setelah dipelototi Taeyong.
Sedangkan Doyoung di belakang hanya tergeleng heran. Dia meminta maaf kepada pegawai di sana karena tema-temannya menimbulkan keributan sejak baru turun dari mobil hingga kini mereka sudah berada di section khusus pelanggan VIP.
Selagi black card Jaehyun di tangan Taeyong, kalau ada ruangan sekelas surga juga terabas aja.
“Maaf ya, Mbak, temen-temen saya emang rusuh dari masih di perut orang tuanya,” kata Doyoung seraya tersenyum menawan.
Mbak-mbak pegawai restoran itu hanya tersenyum maklum. Dalam hatinya bahagia baru saja disenyumi oleh seorang idol kelas dunia, Doyoung gitu.
Mereka berempat sampai juga akhirnya.
Masih dengan Ten dan Winwin yang rebutan tempat duduk.
“Yaudah deh gue ngalah deh... DOYOUNGGGG LO SAMA GUEEE!!!” Ten berteriak kencang sambil memeluk Doyoung seperti ingin bergelendotan.
“Ten ih bangun gaaa!! IH BERAT BODOH!!”
Anjir gue lagi mau ngehindarin lo Ten lo malah mau sebelah gue T^T
“IH MAU SAMA DOYOUNG!”
Anjir lo gue tuh kalo liat lo jadi inget laki lo anjir harusnya aku yang di sana dampingmu dan bukan dia Johnny please look at me
“GAMAU GUA SAMA LO AAA TAEYONG INI ANAK MONYET KABUR DARI KEBUN BINATANG IKUT-IKUT KITAAA!!”
“SIALAN LO SINI LO GUE CUTE—”
“AAAAAAA ANJIR TEN LO CUBIT TETE GUE SAKIT BANGET!!! SINI GA LOOOOO!!!”
“AAAAA SAKITTTT—”
“LO DULUAANNN CUBIT GUEEEE!”
“ABIS GEMESSSSSSSSSS SINI CUTE LAGI—”
Brakk... Brakk... Brakk
Taeyong memijat kepalanya yang pening.
Doyoung dan Ten yang tadi bergulat pun terdiam mendengar Taeyong memukul meja.
Gagal sudah acara sad boi gue... mau ngegalau aja susah banget.
Winwin yang berhasil memenangkan pertarungan sengit ronde pertama tadi kini sudah asik melihat-lihat menu makanan. Dia ingin memborong semua makanan karena kali ini dia makan di restoran keluarga mewah namun tidak keluar uang.
Bahkan Winwin sudah niat ingin membawa pulang beberapa menu untuk anak-anak WayV lain di rumah.
“Bisa diem ga?”
Doyoung dan Ten terdiam.
“Bisa, hyung,” jawab mereka berdua kompak.
Taeyong menyisir rambutnya ke belakang. Matanya menatap kedua makhluk yang kini duduk namun serampangan.
“Duduk yang bener. Ten, kakinya turunin, Doyoung, hadep ke sini.”
“Ya hyung,”
“Nee...”
“Jangan berisik lagi, oke?”
“Nee hyung,” jawab mereka lagi secara kompak dengan posisi duduk tegak menghadap meja, seperti anak yang dihukum ibunya karena bercanda di meja makan saat sarapan pagi berlangsung.
Taeyong memberikan iPad berisikan menu makanan kepada kedua manusia di hadapannya.
Doyoung dan Ten duduk bersebelahan dan berhadapan dengan Taeyong dan Winwin.
Setelah memilih-milih selama beberapa saat, menu pun dikirim dan masuk ke sistem Restaurant dan dengan segera status pesanan berubah menjadi sedang dalam proses pembuatan.
Mereka semua asik tenggelam dalam gadget di tangan mereka masing-masing.
Sialll kenapa gue duduk di sini help!
Doyoung sibuk meratapi nasibnya yang sangat apes.
Bagaimana mau melupakan si redacted kalau dia saja selalu bersama sahabatnya yang merangkap sebagai kekasih dari seseorang yang telah disukainya selama lebih dari 5 tahun.
Bukannya Doyoung tidak suka Ten.
Tidak.
Doyoung sangat menyukai Ten.
Dia teman seumurannya.
Dia sahabatnya.
Namun terkadang Doyoung iri.
Iri karena Ten selalu mendapat apa yang dia mau.
Sejujurnya, Doyoung sendiri memang sering merasa... berbeda?
Merasa iri.
Merasa tidak pantas.
Bagaimana tidak?
Pertama.
Dia bersahabat dengan Winwin. Si anak manis yang sudah dipastikan siapapun yang bersamanya akan auto menjadi orang tua. Winwin si menggemaskan. Winwin yang disukai seluruh member karena lucu dan baik hati.
Winwin yang saat marah saja malah membuat member lain gemas rasanya ingin meremas pipi Winwin.
Lalu Taeyong.
Doyoung ga akan pernah bisa menbandingkan dirinya dengan Taeyong, karena dia merasa sangat-sangat jauh.
Taeyong si pusat segalanya.
Taeyong dengan sejuta koneksinya.
Taeyong dengan kemampuannya yang luar biasa.
Taeyong dengan visualnya.
Dan Taeyong yang bahkan sampai bisa menaklukkan manusia seperti Jaehyun hingga Jaehyun bisa bertekuk lutut di bawah pesonanya.
Dia? Apa?
Dan sekarang... Ten.
Ten yang manis.
Ten yang kreatif.
Ten yang sangat bisa membawa suasana.
Ten yang terasa seperti angin sejuk di tengah teriknya panas.
Dan juga Ten yang bisa memeluk dan mencium apa yang Doyoung cita-citakan.
Sangat wajar kan kalau Doyoung merasa tidak ada apa-apanya?
“Doyoung... lo kenapa bengong?” Ten mengguncang badan Doyoung.
Doyoung gelagapan. Dia menengok ke arah Ten dan berkata bahwa dia baik-baik saja.
Hanya sedikit lelah.
Alasan klasik saat dia tidak bisa mengatakan alasan ke-overthinking-annya.
“Foto yuk Doy! Gue mau kirim ke Johnny~” Ten bergeser duduk agar lebih dekat dengan Doyoung.
Tangannya sudah membuka pilihan ambil foto di sebuah room chat berisikan dia dan kekasihnya.
Doyoung cemberut.
“Males ah Ten, sama Taeyong aja gih,” Doyoung berujar sambil duduk menjauh dari Ten dan menjatuhkan kepalanya ke meja.
Ten melihat itu langsung menatap Doyoung aneh.
Tangannya berhenti di udara.
Doyoung menghindarinya?
Ten memilih untuk kembali ke posisi duduknya. Pikirannya berjalan kemana-mana memikirkan apakah Doyoung marah dengannya atau apa?
Doyoung terus terdiam hingga akhirnya makanan sampai dan mereka dengan lahap memakan dengan sesekali berbincang dan bercanda.
Doyoung sekali-kali tidak berpura-pura bahagia tidak apa kan?