I Know Everything

. . .

Mereka sudah selesai makan.

Sekarang mereka di depan restaurant menunggu Johnny menjemput mereka.

Doyoung memperhatikan salju yang turun.

Ten dan Winwin juga sibuk berbincang mengenai anak WayV yang akan heboh dibawakan makanan sebanyak ini.

Sebelumnya mata lensa fokus ke arah Ten dan Doyoung.

Namun kini mari perhatikan sisi lain.

Sisi dimana ada Taeyong yang berdiri di sekitaran mereka juga.

Taeyong, sibuk memperhatikn Doyoung yang sedari tadi curi-curi pandang ke Ten.

Taeyong rasanya ingin menangis.

Doyoung... mau sampe kapan sih, Doy?

Ingin bilang ke sahabat plus musuhnya ini agar tidak menutupi perasaannya.

Taeyong ingin memeluk Doyoung dengan erat dan bilang kalau Taeyong ada untuknya.

Doyoung...

Gue tuh tau segalanya, Doy,

Gue tau sakit dibalik senyum lo, gue tau...

Taeyong ingin Doyoung ga perlu menyembunyikan perasaan itu.

Karena tidak ada yang salah.

Doyoung bukan seseorang yang kurang ajar karena mencintai seseorang yang menjadi kekasih sahabatnya sendiri.

Karena Doyoung sendiri ga punya kuasa, kenapa hatinya masih saja mencinta padahal kenyataannya hanya membawa luka.

Doyoung terluka.

Doyoung sahabatnya tidak baik-baik saja.

Dan ini berlangsung selama bertahun-tahun.

Taeyong rasanya ingin bilang itu semua.

Tapi Taeyong tidak bisa.

Taeyong takut ucapannya malah membuka luka lama Doyoung—yang ternyata sampai detik ini masih terbuka.

Biarkan Doyoung menganggap Taeyong tidak tau.

Biarkan semua berjalan sesuai kemauan Doyoung.

Biarkan Doyoung menganggap bahwa Taeyong tidak mengetahui kalau Doyoung memusatkan seluruh perhatiannya ke Johnny seorang.

Biarkan Doyoung menganggap bahwa tidak ada yang melihat dirinya menangis keras di pinggir laut saat Johnny menembak Ten sebagai kekasihnya.

Biarkan Doyoung menganggap bahwa Taeyong tidak melihatnya menangis sampai terjatuh ke dalam dinginnya air laut yang sampai di bibir pantai saat tengah malam, memukul-mukul dadanya dengan keras, meremas kuat surainya dan berteriak lemah...

“Kenapa bukan gue yang di sana...”

Biarkan Doyoung tidak tau bahwa Taeyong adalah manusia yang paling pertama sadar atas seberapa besar rasa kagumnya yang berubah perlahan menjadi sesuatu yang sangat indah; sayang, dan akhirnya menjadi cinta.

Ya.

Biarkanlah begitu.

Doyoung sudah terlalu sakit untuk terluka lagi.

Dan Taeyong hanya bisa menahan nangis saat Taeyong lagi dan lagi melihat sahabatnya itu memasang wajah bahagia dan tersenyum dalam tusukan duri iri.